Menelusuri Perkebunan Kopi Liberika di Kepulauan Meranti

admin
  30 Januari 2018 13:05:31
Pariwisata Riau
4670 Pembaca

Kepulauan Meranti adalah kabupaten yang dikenal sebagai daerah penghasil komoditas Sagu terbesar ke-dua di Indonesia.

Daerah  yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan negara jiran  Malaysia itu, juga dikenal sebagai daerah penghasil kopi Liberika.

Masyarakat  Kabupaten Kepulauan Meranti, pada awalnya mengenal kopi Liberika dengan  sebutan nama kopi Sempian. Jenis kopi ini banyak terdapat di Desa Kedaburapat, Kecamatan Rangsang Pesisir, Kabupaten Kepulauan Meranti,  provinsi Riau.

Untuk menuju ke Desa tersebut, dari ibu  kota Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu Selat panjang harus menyeberangi  laut menggunakan perahu kayu, yang biasa disebut  masyarakat setempat  dengan sebutan Kempang. 

Perjalanan menggunakan Kempang  bila tinggi air gelombang laut sedang normal biasanya dapat ditempuh  selama 15 menit menuju pelabuhan Peranggas.

Sesampainya  di pelabuhan Peranggas perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan sepeda  motor selama 45 menit untuk mencapai tujuan yaitu Desa Kedaburapat. Setibanya di desa tersebut, mata pengunjung yang datang akan disajikan  hijaunya perkebunan kopi Liberika yang tumbuh di tanah gambut.

Kopi  Liberika adalah kopi yang berasal dari wilayah Liberica, Afrika Barat.  Kopi ini dibawa bangsa Belanda ke Indonesia pada abad ke-19 dan  dikembangkan untuk menggantikan tanaman kopi jenis Arabika yang pada  saat itu terserang wabah penyakit. Untuk saat ini di Indonesia jenis  kopi Liberika hanya bisa ditemukan di wilayah provinsi Riau dan Jambi.

Menurut keterangan dari pengurus Lembaga Masyarakat Peduli Kopi Liberika (LMPK) Rangsang  Meranti Al Amin, perkebunan kopi Liberika yang ada di Desa Kedaburapat  saat ini luasnya mencapai 775 hektar, sedangkan yang tergabung dalam  kelembagaannya, terdiri dari beberapa desa di kecamatan Rangsang Pesisir luasnya mencapai 100 ribu hektar.

’’Kebun kopi Liberika  di Desa kami lebih banyak tumbuh di lahan gambut dan ada sebagian lagi  tumbuh di tanah mineral. Karena hasil dari kopi ini sangat menjanjikan dan sangat diminati oleh negara Malaysia, banyak masyarakat setempat  menjadikan kopi liberika sebagai komoditas andalannya,’’ pungkas, Al  Amin.

Al Amin juga menjelaskan, hasil panen buah masak  kopi Liberika dengan luas lahan satu hektar minimal bisa mencapai satu  ton dan kadang-kadang bisa mencapai lima ton. Dalam satu batang pohon  bila saat musim panen bisa mencapai sampai 15 kilo gram sampai 20 kilo  gram. 

Saat ini harga buah biji kopi masak Liberika cukup tinggi yaitu, 3.500 rupiah  per-kilogramnya. Sedangkan harga kopi bubuk tanpa disortir sekitar 45  ribu rupiah sampai 55 ribu rupiah, dan untuk yang sudah disortir harga  perkilo gramnya 75 ribu rupiah.

"kondisi ini sangat  menjanjikan untuk para petani yang ada. Dari hasil kopi Liberika, para  orang tua di Desa Kedaburapat bisa menyekolahkan anak-anaknya sampai lulus kuliah dan banyak juga yang telah melaksanakan ibadah Haji dan  Umroh," kata pengurus LMPK Rangsang Meranti, Al Amin.

Masih  kata Al Amin, kebun kopi Liberika di desa Kedaburapat, lokasinya tidak  jauh dari tepian pantai. Dari permukaan laut jaraknya hanya satu sampai  tiga meter. "Berdasarkan hasil tes dari beberapa badan penelitian, kopi  Liberika Meranti memiliki aroma dan ciri khas tersendiri yaitu memiliki  aroma coklat dan berbagai rasa buah lainya," katanya lagi.

Petani  Kopi Liberika Desa Kedaburapat, Hafiz, juga turut menuturkan, berkat adanya perkebunan kopi Liberika yang dikelolanya sangat membantu  peningkatan ekonomi. "Jenis pohon kopi Liberika merupakan tanaman  tumpang sari yang bisa disisipi dengan pohon pinang dan kelapa. Jadi  dalam satu lahan bisa menghasilkan panen buah kopi, pinang dan kelapa  yang hasilnya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari" tutur Hafiz.

Di  tempat yang sama Kepala Desa Kedaburapat, Mahadi menuturkan, di Desa Kedaburapat masih tersedia sekitar 500 hektar lahan yang dapat  dikembangkan untuk dijadikan perkebunan kopi. Guna mendorong hal ini  tentunya dibutuhkan dukungan kerjasama antara pemerintah dan stakeholder  terkait lainya.

"Saya berharap kepada pemerintah  kabupaten sampai ketingkat pemerintah pusat agar memperhatikan kondisi  infrastruktur jalan di desa Kedaburapat, hal ini guna memudahkan  aksesibilitas untuk memasarkan hasil kopi dan memudahkan para pengunjung  atau para pembeli yang ingin datang," ujar Mahadi. 

Kunjungi Juga : Pengukuhan Kelompok Sadar Wisata Samudera Awan Aliantan

"Desa Kedaburapat berbatasan langsung dengan negara  jiran Malaysia dan Singapura. Dengan didukung kondisi pantai yang ada  sangat memungkinkan perkebunan kopi di daerah ini dijadikan sebagai Agro  Wisata," ujarnya lagi.

Kopi untuk kehidupan. Buah yang   berkhasiat ini tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya dan tak  akan terasa pahit bila tau cita rasanya. (hdk).


Note:

Kontak personal Nara Sumber untuk keterangan lebih lanjut:

Pengurus Lembaga Masyarakat Peduli Kopi Liberika (LMPK) Rangsang Meranti 

Al Amin : 085265329084


Baca Juga : 

Baca Juga : 

Sumber : Dispar Riau

------------------------------

Ikuti Official Account Dinas Pariwisata Provinsi Riau.

Youtube Channel : Pariwisata Riau

Instagram : Pariwisata.Riau

Twitter : @Disparriau

Website  : pariwisata.riau.go.id


#pariwisatariau

#keriauaja

#riauthehomelandofmelayu

#wonderfullindonesia

Contact Details

Email : Kirim Pesan Disparriau@gmail.com
Telegram : Kirim Pesan @PariwisataRiau
Whatsapp : Kirim Pesan Pariwisata Riau

Jl. Jenderal Sudirman, Komplek Bandar Serai,
Pekanbaru, Riau

Logo Logo Logo Logo

DOWNLOAD JEMARI




Statistik Dukungan

Maps